Merebaknya virus corona di Indonesia memberikan dampak yang cukup signifikan terhadap berbagai sektor industri, termasuk perfilman Tanah Air. Selain itu, ada juga pelajaran yang bisa diambil.
Sutradara sekaligus founder Visinema Pictures, Angga Dwimas Sasongko mengatakan bahwa adanya pandemi COVID-19 telah mengajarkannya banyak hal, terutama soal independensi konten kreator.
Di pandemi ini kita sadar bahwa kita enggak cukup independent, kalau kita enggak punya channel distribusi, makanya kita bikin inisiatif bisnis, ucap Angga dalam konferensi pers virtual, Rabu (18/11).
Setelah Visinema Pictures 12 tahun berkarya, Angga menyebutkan bahwa mereka tidak pernah membuat film yang membuat rugi secara finansial, dalam situasi apapun.
Kita mampu membangun sebuah bisnis model dari ekositem IP tersebut. Saat ini, yang menarik adalah gimana kita bisa mem-package konten kita dengan konsep yang lebih kuat. Kita bisa package itu dan bisa diterima secara baik di kalangan investasi, katanya.
Kata Angga, merebaknya virus corona di Indonesia tak membuat Visinema Pictures terkena dampak yang buruk. Malah, mereka tumbuh dengan signifikan.
Saya bilang bahwa tahun ini bersyukur di Visinema melihatnya sebagai white swan, kita berhasil membangun distribusi kita sendiri yang model bisnisnya tidak punya konflik interest dengan distribusi lain, beber Angga.
Saya merasa 2020 jadi tahun yang excited. Cukup terlihat di situasi pandemi, kita tumbuh dengan signifikan, tumbuhnya dua digit, sambungnya.
Pria kelahiran Jakarta ini percaya bahwa investor itu bukan sekedar tentang uang. Tapi, pendekatannya strategik.
Ikhtiar kami antara Visinema dan Jagartha membuat film ini lebih inklusif. Harapannya, film Indonesia lebih familiar dengan investasi. Sehingga, membuat film Indonesia lebih variatif, pungkas Angga Dwimas Sasongko.
Beberapa film yang telah diproduksi oleh Visinema Pictures di antaranya adalah Filosofi Kopi, Keluarga Cemara, Nanti Kita Cerita Tentang Hari Ini, Terlalu Tampan, Surat Dari Praha, Love For Sale, dan lainnya.