Bagaimana Kabar Musik Elektronik di Kala Pandemi? Bertahan atau Ditinggalkan?

Bagaimana Kabar Musik Elektronik di Kala Pandemi? Bertahan atau Ditinggalkan?

Posted: Jan 22, 2022

Musik elektronik atau yang lebih dikenal dengan EDM (Electronic Dance Music) memang pernah merajai berbagai tangga lagu, baik dunia maupun Indonesia. Dengan dentuman musik yang mengajak pendengarnya untuk bergoyang, EDM terus tumbuh dan berkembang di ekosistem yang senang untuk mencari hiburan.

Musik elektronik atau yang lebih dikenal dengan EDM (Electronic Dance Music) memang pernah merajai berbagai tangga lagu, baik dunia maupun Indonesia. Dengan dentuman musik yang mengajak pendengarnya untuk bergoyang, EDM terus tumbuh dan berkembang di ekosistem yang senang untuk mencari hiburan.

Namun walaupun demikian, pandemi menghadang berbagai acara yang mengundang keramaian, yang tentunya memperlambat laju perkembangan musik yang identik dengan pesta dan kerumunan ini.

Untuk mengetahui lebih dalam tentang nasib industri musik EDM di Tanah Air ini, mulai dari dulu, kini, hingga nanti. Eventori melakukan wawancara eksklusif dengan tiga DJ (Disk Jockey) ternama yang telah mengharumkan nama bangsa di kancah dunia, mereka adalah Angger Dimas, Gerald Liu, dan Sihk.

 

Perkembangan EDM dulu hingga kini.

Angger Dimas yang telah aktif bermain di klub-klub Jakarta sejak 2009 dan kerap kali berkolaborasi dengan musisi dunia, mengungkapkan bahwa terdapat banyak perbedaan yang terjadi, menurut dirinya dahulu jika ingin menembus pasar dunia, hal yang sangat wajib dilakukan adalah dengan melahirkan karya sebanyak mungkin.

“Untuk gue yang sudah berkarir lebih dari 12 tahun pasti berbeda fenomena yang terjadi di industri sekarang dan yang pasti di masa-masa yang dulu berbeda juga. Dulu untuk menembus pasar global (yang mana gue nggak aware dan dan nggak peduli tentang itu) yang gue lakukan adalah membuat lagu sebanyak mungkin,” jelas Angger Dimas.

Salah satu punggawa dari grup musik Weird Genius yaitu Gerald Liu, menerangkan bahwa EDM di Indonesia itu mulai dikenal masyarakat luas sejak tahun 2013, dimana berbagai DJ dunia tampil di berbagai acara yang ada di Indonesia.

Trend-nya menurut gua naiknya saat 2013 DWP (Djakarta Warehouse Project) Aviici datang, terus Swedish House Mafia ke Indonesia itu naik banget. Baru mulai mainstream di radio pun musik-musik yang pop itu kan EDM-an. Cuma memang saat itu naik pun, belum ada yang benar-benar melakukan itu di Indonesia, selain Angger Dimas dan Midnight Quickie,” terang Gerald.

Produser sekaligus DJ yang juga kerap membuat Indonesia bangga, dengan tampil di berbagai festival dunia yaitu Sihk, menjelaskan bahwa tren EDM di Indonesia itu sebenarnya mencapai puncaknya di tahun 2017 dan mulai menurun sejak saat itu, hingga akhirnya datang pandemi.

“Kalau melihat dari trend, dari 2017 EDM itu bubble-nya udah burst. EDM tuh buble-nya lagi expanding, lagi mainstream. Cuma like any genre pasti ada masanya naik turun, in my opinion even sebelum pandemi pun EDM itu not as popular as 2014-2015,” jelas Sihk, DJ asal Indonesia yang pernah tampil di Tomorrowland pada tahun 2019.

 

Kondisi di masa pandemi.

Sihk mengungkapkan bahwa perbedaan terbesar di masa pandemi ini adalah dengan tidak adanya panggung, yang menyebabkan penurunan peminat musik EDM. Namun walaupun demikian, dirinya menyatakan bahwa musisi yang akan tetap bertahan adalah musisi yang berhasil membuat karya terbanyak di masa sulit ini.

The difference is pas pandemi nggak ada show, hype-nya lebih turun, di Spotify saja streams-nya turun, akhir-akhir ini lagi naik lagi. Cuma artist yang survive di pandemi itu artist yang mengeluarkan track paling banyak. Dahulu as an EDM DJ you can release four songs a year, sekarang after the pandemic sistemnya berubah, you’re expected to release once a month,” ucap Sihk.

 

Apakah EDM akan mati?

Menurut Gerald meskipun tren sudah menurun, namun komunitas EDM di Indonesia ini sangat banyak dan bermacam-macam jenis, diantaranya adalah musik EDM yang sering viral di aplikasi TikTok, sehingga musik EDM akan terus bertahan di negeri ini untuk kedepannya.

“Meskipun trend-nya itu turun, kita jadi shift. DJ in itself itu nggak terlalu gede banget, tapi secara community itu banyak banget. Kalau di sini kan secara keseluruhan itu tau kayak di TikTok itu kan DJ juga, cuma memang dari daerah-daerah luar Jawa dan mainnya memang breakbeat,” jelas Gerald.

Sihk juga menambahkan, bahwa industri EDM di Indonesia ini juga mengalami anomali, disaat panggung berkuran dan juga jumlah pendengar yang menurun karena pandemi, namun DJ asal Indonesia justru banyak yang berhasil menembus pasar global.

During the pandemic, malah banyak (DJ) yang naik, malah banyak yang go internasional, itu anomali juga,” ungkap Sihk.

Walaupun pandemi pasti menjadi sebuah halangan dan hambatan untuk musik yang mendatangkan banyak massa, namun musisi-musisi Indonesia selalu mampu membuktikan bahwa dengan terus berkarya kita akan tetap bertahan dan membanggakan nama bangsa.

Writer: Abdullah Arifin
TAGS:Opini
SHARE
Recommendation Article